Astronot yang ke Mars Terancam Tua Mendadak
VIVAnews
— Manusia bermimpi menjelajah luar angkasa melampaui Bulan. Bahkan,
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama punya target, pertengahan
2030-an, kita bisa mngirim astronot ke orbit Mars.
Mimpi Obama tidak hanya sampai di orbit, dia berharap bisa mengirim manusia pertama yang akan menginjakkan kaki di Mars.
Namun, sejumlah ilmuwan baru-baru ini mengingatkan bahwa mengirim orang ke Planet Merah bisa berbahaya. Sebab perjalanan luar angkasa dalam waktu panjang akan melelahkan fisik para astronot. Dari berbagai kajian para ilmuwan menemukan bahwa para astronot akan kehilangan setengah dari kekuatan ototnya dalam misi ke mars itu.
Contohnya, jika astronot yang ke Mars berusia antara 30 sampai 50 tahun, saat pulang ke Bumi, kekuatan otot mereka setara dengan kakek-kakek usia 80 tahun. Jika sudah begitu, risiko perjalanan ke mars itu kian besar.
Tim peneliti yang dipimpin Robert Fitts, profesor biologi di Marquette University di Milwaukee, Wisconsin, mengambil sampel jaringan dari betis sembilan astronot AS dan Rusia yang menghabiskan waktu enam bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Biopsi yang diambil 45 hari sebelum peluncuran dan sebelum kembali ke Bumi menunjukkan berhentinya pertumbuhan sel di area nol gravitasi.
Profesor Fitts menegaskan bahwa kehilangan massa serat dalam sel, juga kekuatannya, bisa diterjemahkan dengan penurunan lebih dari 40 persen kapasitas kerja fisik.
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) merancang perjalanan ke Mars dengan menggunakan teknologi roket saat ini, membutuhkan waktu tiga tahun — termasuk masa tinggal setahun di Mars.
Jika demikian, penurunan otot-otot yang paling terkena dampak seperti betis bisa mendekati 50 persen. Saat kembali ke gravitasi Bumi, mereka akan sangat lemah, bahkan tidak mampu mengevakuasi diri saat kondisi darurat.
Laporan ini telah diterbitkan secara online dalam The Journal of Physiology — versi cetaknya akan terbit bulan depan.
Kehilangan kekuatan otot telah diteliti sebelumnya dalam ilmu medis luar angkasa — namun ini analisis pertama terkait misi dalam jangka waktu lama.
Meski demikian, Fitts mengatakan hasil dari tes ini tak seharusnya menghalangi manusia dari penjelajahan luar angkasa. Sebab, lanjutnya, “Tanpa eksplorasi, kita akan mandeg dan gagal untuk meningkatkan pemahaman kita tentang alam semesta.”
Hasil penemuan ini menunjukkan pentingnya latihan kebugaran bagi astronot — baik di Bumi maupun saat mereka melakukan perjalanan.
Selain itu penurunan kebugaran tubuh itu, astronot juga berisiko menderita sakit kanker sebagai akibat dari kerusakan DNA dari radiasi kosmik, hilangnya kepadatan tulang, dan tekanan mental akibat keterasingan.
Juni lalu, enam orang dari Eropa, Rusia dan Cina rela dikurung 520 hari untuk menjalani simulasi misi ke Mars.
Percobaan selama 520 hari itu merepresentasikan 250 hari untuk perjalanan ke Mars, 240 hari untuk kembali ke Bumi, dan 30 hari tinggal di permukaan Mars.
sumber: http://blognyajose.blogspot.com/2010/08/astronot-yang-ke-mars-terancam-tua.html
Mimpi Obama tidak hanya sampai di orbit, dia berharap bisa mengirim manusia pertama yang akan menginjakkan kaki di Mars.
Namun, sejumlah ilmuwan baru-baru ini mengingatkan bahwa mengirim orang ke Planet Merah bisa berbahaya. Sebab perjalanan luar angkasa dalam waktu panjang akan melelahkan fisik para astronot. Dari berbagai kajian para ilmuwan menemukan bahwa para astronot akan kehilangan setengah dari kekuatan ototnya dalam misi ke mars itu.
Contohnya, jika astronot yang ke Mars berusia antara 30 sampai 50 tahun, saat pulang ke Bumi, kekuatan otot mereka setara dengan kakek-kakek usia 80 tahun. Jika sudah begitu, risiko perjalanan ke mars itu kian besar.
Tim peneliti yang dipimpin Robert Fitts, profesor biologi di Marquette University di Milwaukee, Wisconsin, mengambil sampel jaringan dari betis sembilan astronot AS dan Rusia yang menghabiskan waktu enam bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Biopsi yang diambil 45 hari sebelum peluncuran dan sebelum kembali ke Bumi menunjukkan berhentinya pertumbuhan sel di area nol gravitasi.
Profesor Fitts menegaskan bahwa kehilangan massa serat dalam sel, juga kekuatannya, bisa diterjemahkan dengan penurunan lebih dari 40 persen kapasitas kerja fisik.
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) merancang perjalanan ke Mars dengan menggunakan teknologi roket saat ini, membutuhkan waktu tiga tahun — termasuk masa tinggal setahun di Mars.
Jika demikian, penurunan otot-otot yang paling terkena dampak seperti betis bisa mendekati 50 persen. Saat kembali ke gravitasi Bumi, mereka akan sangat lemah, bahkan tidak mampu mengevakuasi diri saat kondisi darurat.
Laporan ini telah diterbitkan secara online dalam The Journal of Physiology — versi cetaknya akan terbit bulan depan.
Kehilangan kekuatan otot telah diteliti sebelumnya dalam ilmu medis luar angkasa — namun ini analisis pertama terkait misi dalam jangka waktu lama.
Meski demikian, Fitts mengatakan hasil dari tes ini tak seharusnya menghalangi manusia dari penjelajahan luar angkasa. Sebab, lanjutnya, “Tanpa eksplorasi, kita akan mandeg dan gagal untuk meningkatkan pemahaman kita tentang alam semesta.”
Hasil penemuan ini menunjukkan pentingnya latihan kebugaran bagi astronot — baik di Bumi maupun saat mereka melakukan perjalanan.
Selain itu penurunan kebugaran tubuh itu, astronot juga berisiko menderita sakit kanker sebagai akibat dari kerusakan DNA dari radiasi kosmik, hilangnya kepadatan tulang, dan tekanan mental akibat keterasingan.
Juni lalu, enam orang dari Eropa, Rusia dan Cina rela dikurung 520 hari untuk menjalani simulasi misi ke Mars.
Percobaan selama 520 hari itu merepresentasikan 250 hari untuk perjalanan ke Mars, 240 hari untuk kembali ke Bumi, dan 30 hari tinggal di permukaan Mars.
sumber: http://blognyajose.blogspot.com/2010/08/astronot-yang-ke-mars-terancam-tua.html
Comments
Post a Comment